Holisme adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa sistem
alam semesta, baik yang bersifat
fisik,
kimiawi,
hayati,
sosial,
ekonomi,
mental-psikis, dan
kebahasaan,
serta segala kelengkapannya harus dipandang sebagai sesuatu yang utuh
dan bukan merupakan kesatuan dari bagian-bagian yang terpisah. Sistem
alam tidak dapat dipahami apabila kita mempelajarinya dengan cara
memisahkan bagian-bagiannya: sistem harus dipelajari secara utuh sebagai
suatu kesatuan.
[1][2]
Kata 'holisme' pertama kali diperkenalkan pada tahun 1926 oleh
Jan Smuts, seorang negarawan dari
Afrika Selatan, dalam bukunya yang berjudul
Holism and Evolution. Asal kata 'holisme' diambil dari
bahasa Yunani,
holos,
yang berarti semua atau keseluruhan. Smuts mendefinisikan holisme
sebagai sebuah kecenderungan alam untuk membentuk sesuatu yang utuh
sehingga sesuatu tersebut lebih besar daripada sekedar gabungan-gabungan
bagian hasil
evolusi.
Contoh holisme dapat ditemukan di sepanjang sejarah manusia dan dalam
konteks sosial budaya yang paling beragam ditegaskan melalui banyak
studi
etnologi. Seorang
misionaris dari
Perancis,
Maurice Leenhardt, mencetuskan istilah
cosmomorfisme
untuk mengindikasikan adanya hubungan timbal-balik yang sempurna antara
seseorang dengan lingkungannya. Hal tersebut ditemukan pada masyarakat
Melanesia di
Kaledonia Baru.
Untuk masyarakat di daerah tersebut, seorang individu yang terisolasi
tidak memiliki status yang jelas sampai dia menemukan posisinya di
lingkungan tersebut. Dengan mengenal seorang individu, tidak dapat
dijadikan patokan bahwa kita telah mengenal sebuah komunitas.
Lawan dari holisme adalah
reduksionisme,
yaitu suatu paham yang menyatakan bahwa suatu sistem yang kompleks
dapat dijelaskan dengan cara mempelajari hal-hal yang menjadi dasar
sistem tersebut (
reduction). Misalnya, suatu proses biologis
dapat dijelaskan melalui proses kimiawi. Lalu proses kimiawi tersebut
dapat diterangkan melalui proses fisika. Akibatnya, proses fisika dapat
menjelaskan proses kimiawi yang menjadi dasar terjadinya proses
biologis.
Nicholas A. Christakis, seorang ilmuwan dalam bidang sosial dan fisika, menyatakan bahwa "dalam beberapa abad terakhir, proyeksi
Cartesius dalam
ilmu pengetahuan
berhasil memisahkan suatu permasalahan menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil dengan tujuan untuk memperoleh suatu pemahaman. Dan hal tersebut
berhasil dalam batasan-batasan tertentu. Namun, menyatukan kembali
bagian-bagian kecil tersebut untuk memahaminya sebagai suatu kesatuan
yang utuh lebih sulit untuk dilakukan".
[3]
Pengertian Holisme dari berbagai disiplin ilmu
Holisme dapat ditinjau dari berbagai macam disiplin
ilmu,
ada beberapa pengertian holisme yang ditinjau dari berbagai disiplin
ilmu, beberapa pengertian tersebut antara lain dalam disiplin ilmu :
Status ilmiah umum
Pada paruh kedua abad ke-20, holisme mengarahkan kepada pemikiran
sistem dan turunannya, seperti ilmu tentang kekacauan dan kompleksitas. Sistem dalam
biologi,
psikologi,
sosiologi
seringkali sangat kompleks sehingga perilaku mereka tampak 'baru', dan
tidak dapat disimpulkan dari sifat-sifat unsur pembentuknya saja.
[4]
Holisme telah digunakan sebagai suatu slogan. Hal ini berkontribusi terhadap hambatan yang ditemui oleh
interpretasi
ilmiah terhadap holisme yang meyakini bahwa ada alasan ontologis yang
mencegah model reduktif pada prinsipnya untuk menyediakan
algoritma yang efisien dalam prediksi perilaku sistem dalam kelas-kelas tertentu.
Holisme secara ilmiah percaya bahwa perilaku sistem tidak dapat
diprediksi secara sempurna, tidak peduli berapa banyak data yang
tersedia. Sistem alami dapat menghasilkan perilaku yang tidak terduga,
dan diperkirakan bahwa perilaku sistem tersebut tidak dapat direduksi
secara komputatif, sehingga tidak dapat memperkirakan keadaan sistem
tersebut tanpa simulasi penuh semua kejadian yang terjadi dalam sistem.
Karakteristik kunci dari perilaku tingkat tinggi pada kelas sistem
tertentu dapat dimediasi oleh 'kejutan' yang langka pada perilaku
unsur-unsurnya karena prinsip interkonektivitas, sehingga tidak dapat
diprediksi kecuali dengan metode
brute-force.
Stephen Wolfram memberikan contoh perilaku automata seluler, yang pada umumnya sangat simpel namun kadang sangat sulit diprediksi.
[5]
Teori
kompleksitas (
science of complexity),
merupakan turunan dari pemikiran sistem. Ilmu ini mencakup pendekatan
komputasional dan holistik terhadap pemahaman sistem kompleks yang
adaptif dan merupakan metode yang berlawanan dengan metode
reduktif.
Teori umum tentang kompleksitas telah diusulkan oleh beberapa lembaga
dan departemen yang berfokus pada teori kompleksitas telah bermunculan
di seluruh dunia. Salah satu yang paling terkenal adalah Institut Santa
Fe.
Antropologi
Istilah holisme dipakai dalam
antropologi
sosial dan budaya untuk menerangkan keadaan suatu masyarakat dimana
masyarakat dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dibagi menjadi komponen-komponen yang berbeda. Berdasarkan konsep
holisme, seseorang tidak boleh menganggap bahwa batas-batas
institusional yang ditetapkan oleh masyarakatnya sendiri juga berlaku
untuk masyarakat yang lain.
[6]
Bisnis
Dalam bisnis dikenal istilah
holistic brand. Hal tersebut meliputi seluruh
merek dagang,
warna, atau
gambar yang berhubungan dengan identitas suatu perusahaan termasuk gaya periklanan dan semua produk perusahaan tersebut.
Ekologi
Ekologi merupakan pendekatan terpenting holisme karena didalamnya terdapat ilmu
biologi,
kimia,
fisika, dan
ekonomi. Karena cakupannya luas, penting untuk mengkajinya dalam suatu durasi tertentu.
John Muir, warga
Skotlandia dan seorang konservasionis,
[7]
menyatakan bahwa pada saat kita mempelajari sesuatu, kita akan
menemukan bahwa sesuatu itu terikat pada sesuatu yang lain di dunia ini.
Hal tersebut sangat jelas terlihat pada saat kita mempelajari
ekologi.
Ekonomi
Mengakar pada
Schumpeter, pendekatan
evolusi dianggap sebagai teori holisme dalam
ekonomi.
Teori tersebut menjelaskan bahasa dari pendekatan evolusi biologi.
Teori tersebut menghitung bagaimana sistem evolusi berubah dari waktu ke
waktu. Pengetahuan dan mengetahui bagaimana, mengetahui siapa,
mengetahui apa dan mengetahui kenapa adalah bagian dari seluruh ekonomi
bisnis. Pengetahuan bisa saja diam-diam, seperti yang di deskripsikan
oleh
Michael Polanyi. Model ini adalah terbuka dan menganggap susah untuk memprediksi dampak dari sebuah ukuran kebijakan.
Filosofi
Dalam
filsafat,
doktrin yang menekankan prioritas keseluruhan atas bagian adalah
holisme. Beberapa menyarankan bahwa definisi tersebut untuk pandangan
'nonholistik' bahasa dan menempatkannya di kemah reduktivis. Bergantian,
sebuah 'holistik' definisi holisme menyangkal perlunya sebuah divisi
antara fungsi bagian-bagian yang terpisah dan cara kerja dari
'keseluruhan'. Hal ini menunjukkan bahwa pada karakteristik, dikenal
kunci dari konsep holisme yaitu kebenaran mendasar dari setiap
pengalaman tertentu. Bertentangan dengan apa yang dirasakan sebagai
ketergantungan reduktivis pada metode induktif sebagai kunci untuk
verifikasi konsep tentang bagaimana bagian-bagian berfungsi dalam keseluruhan.
Dalam filsafat bahasa, ini menjadi klaim yang disebut holisme
semantik,
bahwa makna dari kata atau kalimat individu hanya dapat dipahami dalam
hal hubungan untuk tubuh yang lebih besar dari bahasa, bahkan seluruh
teori atau seluruh bahasa. Dalam filsafat
pikiran,
keadaan mental dapat diidentifikasi hanya dalam hal hubungan dengan
orang lain. Hal ini sering disebut sebagai 'holisme isi' atau 'holisme
yang mental'. Gagasan ini melibatkan filsafat tokoh-tokoh seperti
Frege,
Wittgenstein, dan
Quine.
[8]
Epistemologis dan konfirmasi-holisme adalah ide utama dalam filsafat kontemporer. Holisme
ontologis ini didukung oleh
David Bohm dalam teorinya
[9] pada
The Implicate Order.
Antropologi teologis
Dalam
antropologi teologis, yang termasuk dalam
teologi dan bukan untuk antropologi, holisme adalah keyakinan bahwa sifat dasar manusia terdiri dari penyatuan komponen seperti
tubuh,
jiwa, dan
roh.
Dalam persepsi psikologi
Banyak
filsuf seperti
Jerry Fodor, menulis bahwa tujuan
persepsi adalah
pengetahuan,
tetapi psikolog evolusi berpegang bahwa tujuan utamanya adalah untuk
mengarahkan tindakan. Sebagai contoh, mereka mengatakan persepsi
tampaknya telah berevolusi untuk tidak membantu kita dalam mengetahui
jarak ke objek lainnya, melainkan untuk membantu kita bergerak di ruang
angkasa. Evolusi psikolog mengatakan bahwa hewan seperti kepiting
fiddler dan manusia menggunakan penglihatan untuk menghindari tabrakan,
menunjukkan visi yang pada dasarnya untuk mengarahkan tindakan, bukan
memberikan pengetahuan.
Membangun dan memelihara organ-organ indra adalah penting, sehingga
organ-organ akan berkembang ketika mereka meningkatkan kebugaran
organisme. Lebih dari separuh otak dikhususkan untuk memproses informasi
sensorik, dan otak itu sendiri menggunakan sekitar seperempat dari
energi hasil metabolisme, sehingga indra harus memberikan manfaat yang
luar biasa untuk kebugaran.
Para ilmuwan yang mempelajari persepsi dan sensasi telah lama
memahami indra manusia sebagai adaptasi. Persepsi terdiri dari
pengolahan lebih dari setengah lusin isyarat visual, yang masing-masing
didasarkan pada keteraturan dunia fisik. Visi berevolusi untuk merespon
energi elektromagnetik yang berlimpah dan yang tidak tepat melalui
objek. Gelombang suara memberikan informasi yang berguna tentang sumber
dan jarak ke objek, hewan yang lebih besar membuat dan mendengar suara
dengan frekuensi rendah dan hewan yang lebih kecil membuat dan mendengar
dengan frekuensi suara lebih tinggi. Rasa dan bau menanggapi bahan
kimia dalam lingkungan yang signifikan bagi kebugaran di EEA. Rasa
sentuh sebenarnya banyak, termasuk tekanan, panas, dingin, gatal, dan
menyakitkan. Sementara tidak menyenangkan, adalah adaptif. Adaptasi yang
penting bagi indra adalah rentang pergeseran, di mana organisme menjadi
lebih atau kurang peka terhadap sensasi. Misalnya, mata seseorang
secara otomatis menyesuaikan diri dengan cahaya redup atau terang.
Kemampuan sensori dari organisme yang berbeda seperti halnya dengan
pendengaran kelelawar dalam menentukan lokasi dan ngengat yang telah
berevolusi dengan cepat merespon suara yang dibuat kelelawar.
Evolusi psikologi mengklaim bahwa persepsi menunjukkan prinsip
modularitas, dengan mekanisme khusus menangani tugas-tugas persepsi
tertentu. Misalnya, orang dengan kerusakan pada bagian tertentu dari
otak menderita cacat tertentu yang tidak mampu mengenali wajah
(prospagnosia). EP menunjukkan bahwa ini yang disebut wajah-membaca
modul.
Hegel
menolak konsep fundamental atomistik objek (individu). Hegel mengatakan
bahwa individu adalah objek universal yang tidak dapat direduksi atau
dibagi-bagi, ia menyatakan bahwa objek (individu) harus dianggap sebagai
satu kesatuan ontologis utama. Hegel menegaskan bahwa kesatuan yang
didapatkan dalam pengalaman di dunia ini terbangun oleh pluralitas
intuisi kita sendiri. Dalam skema ontologisnya individu tidak dapat
direduksi ke dalam sifat
pluralitas,
melainkan suatu contoh kesatuan substansi yang universal. Dalam
pandangan Hegel, suatu zat seperti darah merupakan sebuah kesatuan
organik yang terdiri dari komposisi zat yang berbeda yang tidak dapat
dipahami dalam tingkat kimia. Jadi dalam pandangannya, darah adalah zat
yang tidak dapat dikurangi menjadi bagian yang kita inginkan, kita harus
melihat sebagai keseluruhan zat yang menyendiri. Ini merupakan
pandangan holistik yang
fundamental.
[10]
Neurologi
Sebuah perdebatan yang telah berjalan sejak abad ke-19 mengenai pengaturan fungsional dari otak. Tradisi holistik (misal
Pierre Marie) menyatakan bahwa otak adalah organ yang homogen tanpa ada bagian yang spesifik disuatu tempat, misal
Paul Broca
berpendapat bahwa otak bekerja secara fungsional di daerah kortikal
yang berbeda yang masing-masing secara khusus untuk memproses jenis
informasi tertentu atau melaksanakan operasi mental yang spesifik.
Kontroversi tersebut melambangkan adanya area bahasa di otak, yang
sekarang dikenal sebagai
area Broca.
[11]
Meskipun pandangan Broca telah diterima, masalah ini tidak
terselesaikan sejauh otak yang secara keseluruhan adalah organ yang
sangat terhubung pada setiap tingkat dari neuron tunggal sampai belahan
bumi.
Psikologi teologis
Alfred Adler
percaya bahwa individu (suatu kesatuan yang utuh diungkapkan melalui
kesatuan diri-konsisten berpikir, merasakan, dan tindakan, bergerak
menuju tujuan, serta sadar akhir fiksi), harus dipahami dalam keutuhan
yang lebih besar dari masyarakat, dari kelompok-kelompok yang ia miliki
(dimulai dengan bertatap muka atau berhubungan), untuk seluruh umat
manusia yang lebih besar. Pengakuan kepekaan sosial kita dan kebutuhan
untuk mengembangkan minat dalam kesejahteraan orang lain, serta
menghormati alam merupakan inti dari filsafat Adler, hidup dan
prinsip-prinsip
psikoterapi.
Edgar Morin, filsuf Perancis dan sosiobiologis, dapat dianggap sebagai holistik berdasarkan sifat transdisiplin karyanya.
Mel Levine M.D., penulis
A Mind at a Time,
[12] dan co-founder (dengan
Charles R. Schwab) dari organisasi non-profit
All Kinds of Minds.
Semua jenis pikiran dapat dianggap sebagai holistik berdasarkan cara
pandangnya 'anak secara keseluruhan' sebagai produk dari beberapa sistem
dan karyanya mendukung kebutuhan pendidikan anak melalui manajemen
profil pendidikan anak secara keseluruhan daripada kelemahan terisolasi
dalam profil itu.
Sosiologi
Emile Durkheim
mengembangkan konsep holisme sebagai kebalikan dari kepercayaan, bahwa
suatu masyarakat tidak lebih dari kumpulan individu-individu.
Louis Dumont[13] membandingkan holisme dengan
individualisme
sebagai dua bentuk yang berbeda pada suatu kelompok masyarakat.
Menurutnya, seorang manusia modern hidup di masyarakat yang
individualis, sedangkan masyarakat
Mesir
kuno dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang holistik, karena
seseorang dapat menemukan identitasnya di dalam komunitas masyarakat.
Sehingga seseorang siap mengorbankan dirinya untuk kelompoknya, karena
tanpa komunitasnya hidupnya tidak berarti.
Kalangan akademisi seperti David Bohm
[14] dan
M. I. Sanduk[15]
memandang suatu masyarakat melalui plasma fisik. Menurut pandangan
fisik, interaksi yang terjadi antar individu dapat berlanjut. Menurut M.
I. Sanduk aliran plasma atau gas-gas yang terionisasi terjadi karena
interaksi dari muatan interaktif bebas plasma-plasma tersebut.
Masyarakat dianalogikan sebagai plasma yang memiliki muatan interaktif
bebas. Sehingga, mereka dapat berinteraksi dengan masyarakat yang lain
yang memiliki muatan interaktif bebas pula. Model aliran plasma ini
dapat menjelaskan berbagai fenomena seperti ketidakstabilan sosial, di
mana masyarakat bertindak sebagai aliran yang memiliki tingkat
intelektual masing-masing.
Teologi (ilmu agama)
Konsep holisme sangat tercermin dalam pikiran yang dikemukakan
Logos (per
Heraclitus),
Panenteisme, dan
Panteisme.
Aplikasi
Arsitektur
Arsitektur sering diperdebatkan oleh akademisi desain dan mereka berlatih desain untuk menjadi perusahaan holistik.
[16] Ketika dipakai dalam konteks ini, holisme cenderung menyiratkan semua pandangan desain
inklusif. Ciri ini dianggap eksklusif dalam arsitektur, dan berbeda dengan profesi lain proyek desain.
Pengobatan
Pada intinya istilah 'holistik' mengacu pada pendekatan yang memperhitungkan pertimbangan sosial dan kebijakan intuitif lainnya.
[17] Istilah holisme dan pendekatannya muncul di ilmu kedokteran
psikosomatis
pada tahun 1970-an. Pada saat itu ia merupakan suatu cara untuk
mengkonseptualisasikan fenomena psikosomatis. Ia tidak mencatat hubungan
yang searah antara psyche dan soma atau kebalikannya, namun lebih
mengarah pada model
sistemik, di mana beberapa faktor
biologis,
psikologis, dan
sosial saling berkaitan.
[18]
Pendekatan alternatif pada kurun waktu yang sama, antara yang
berkonsentrasi pada hubungan kausal dari psyche ke soma, atau dari soma
ke psyche.
[18]
Saat ini pada kedokteran psikosomatis sangat umum dijumpai pernyataan
bahwa psyche dan soma tidak dapat dipisahkan untuk kepentingan praktek
maupun teori. Gangguan pada tingkat mana pun (
somatis,
psikis, atau
sosial), akan berpengaruh pada tingkat yang lain. Pada hal ini, pemikiran psikosomatis mirip dengan model kedokteran biopsikososial.
Beberapa praktisi pengobatan alternatif menerapkan pendekatan yang holistik pada proses pengobatan.
[19][20]
Catatan
- ^ Sunny Y. Auyang, 1999, Foundations of Complex-system Theories: in Economics, Evolutionary Biology, and Statistical Physics, Cambridge University Press
- ^ Nicholas A Christakis, Shorthand abstractions and the cognitive toolkit, 2011
- ^ Bertalanffy 1968, p.54.
- ^ S. Wolfram, "Cellular automata as models of complexity", Nature 311, 419 - 42
- ^ Barry Oshry, 2008, Seeing Systems: Unlocking the Mysteries of Organizational Life, Berrett-Koehler Publishers
- 4 (1984)
- ^ anthrobase definition of holism
- ^ Reconnecting with John Muir By Terry Gifford, University of Georgia, 2006
- ^ Holism, The Basics of Philosophy
- ^ Bohm, D. (1980). Wholeness and the Implicate Order. London: Routledge. ISBN 0-7100-0971-2
- ^ Robert Stern, Hegel, Kant and the Structure of the Object, London: Routledge Chapman Hall, 1990 (full text download)
- ^ 'Does
Broca's area exist?': Christofredo Jakob's 1906 response to Pierre
Marie's holistic stance. Kyrana Tsapkini, Ana B. Vivas, Lazaros C.
Triarhou. Brain and Language, Volume 105, Issue 3, June 2008, Pages 211-219, http://dx.doi.org/10.1016/j.bandl.2007.07.124
- ^ (Simon & Schuster, 2002)
- ^ Louis Dumont, 1984
- ^ Wilkins,
M., (1986) Oral history interviews with David Bohm, 16 tapes, undated
transcript (AIP and Birkbeck college Library, London), 253-254.
- ^ M. I. Sanduk, Does Society Exhibit Same Behaviour of Plasma Fluid? http://philpapers.org/rec/DSE
- ^ Holm, Ivar (2006). Ideas and Beliefs in Architecture: How attitudes, orientations, and underlying assumptions shape the built environment. Oslo School of Architecture and Design. ISBN 82-547-0174-1.
- ^ Julian Tudor Hart (2010) The Political Economy of Health Care, pp.106, 258 quotation
- Complex problems of this sort, which
account for most of the work of primary care, [...] have to depend on
clinical and social jusdgements (sic). [...] The conventional way to
refer to more comprehensive and intuitive judgements is to describe such
approaches as holistic. It has become extremely popular among liberally
inclined healthcare workers of all kinds, but I have not found it
useful. The central idea of holism is that any evolved whole is greater
than the sum of his parts, and that no single thing can be fully
understood in isolation from its extended context. Though this is
obviously true, it does nothing to get us beyond banal observation.
[...] Known in South Africa as Janni (sic) the fox, Smuts managed in a
single like to combine three large reputations - as a leader of the
Boers' guerrilla resistance (sic) to the English, as senior statesman
and recurrent Prime Minister of the Union of South Africa and champion
of the British Empire, and as a philosopher. To achieve this on the
basis of white supremacy in a country where people of African descent, a
supremacy he never questioned, required a philosophy fitted for
contemplation of reality rather than struggle to change it. So it has
been for holism, a soapy term which evades necessary conflict.
- ^ a b Lipowski, 1977.
- ^ American Holistic Medical Association
- ^ Holistic
Approach to Addiction Treatment. June 2011. New York Alcohol & Drug
Addiction Treatment Rehab Center - 14 Wall St Fl 20, New York NY 10005 -
(212) 380-3841. Holistic Rehab
Referensi